- Back to Home »
- Sosiologi dan Antropologi »
- Wujud dan Unsur Kebudayaan
Posted by : Shindy Arlina S.pd
Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa
sansakerta yaitu buddayah, bentuk jamak dari buddhi (budi/akal).
Diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Dalam
bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture, berasal dari kata latin colere,
yaitu mengolah tanah atau bertani. Culture juga diterjemahkan sebagai “
kultur ” dalam bahasa Indonesia.
Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh. Budaya
adalah suatu pola hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah
kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. budaya merupakan
bagian tak terpisahkan dari diri manusia sehingga sering dianggap warisan
genetis. Namun ketika seseorang berusaha untuk berkomunikasi dengan orang-orang
yang berbeda budaya dan berusaha menyesuaikan perbedaan tersebut, ini
membuktikan bahwa kebudayaan itu dipelajari. Kebudayaan terdiri dari segala
sesuatu yang dipelajari yang normatif. Artinya mencakup segala cara atau pola
berpikir, merasakan dan bertindak.
Melville J.
Herskovits dan Bronislaw Malinowski mengemukakah bahwa
segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang
dimiliki oleh masyarakat itu sendiri.
Edward Burnnett
Taylor mengartikan kebudayaan sebagai keseluruhan yang
kompleks, yang di dalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian,
moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain serta kebiasaan yang
di dapat seseorang sebagai anggota masyarakat.
Menurut Selo
Soemardjan dan Soelaiman Soemardi kebudayaan adalah
sarana hasil karya rasa dan cipta masyarakat.
Dari definisi beberapa ahli antropolog tersebut
dapat dikatakan bahwa kebudayaan adalah sesuatu yang memengaruhi tingkat
pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran
manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari kebudayaan itu bersifat abstrak
sedang perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia
sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat
nyata. Misal pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, dan lain-lain. Kesemuanya
itu ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan
bermasyarakat.
Kebudayaan telah diperluas dan didinamisasi,
meskipun orang sering membedakan antara kebudayaan dan peradaban. Tetapi pada
dasarnya keduanya menyatu dalam pengertian kebudayaan secara luas dan dinamis.
Sebab kebudayaan sebagai wilayah akal budi manusia tidak hanya mengandung salah
satu aspek dari kegiatan manusia. Kebudayaan dan peradaban merupakan dua sisi
mata uang sama dalam pengertian kebudayaan secara luas. Jika kebudayaan adalah
aspirasi, peradaban adalah bentuk kongkrit yang mewujud demi realisasi aspirasi
itu.
Faktor Pembentukan Budaya
Tinjauan
Antropologis Terhadap Pembentukan Budaya. Tinjauan antropologis yang dimaksud
adalah tinjauan dari aspek penciptaan budaya oleh manusia. Tinjauan ini
dimaksudkan untukmendapatkan keterangan sampai seberapa jauh aspek-aspek
manusiawi yang mempengaruhi lahirnya kebudayaan, terutama pembinaan moral
bangsa.
Suatu
ketentuan yang tidak dapat disangkal adalah bahwa manusia merupakan makhluk
budaya, dalam arti dengan seluruh potensi yang dimiliki, ia mampu melahirkan
cipta, rasa, dan karsa. Inilah yang paling menarik perhatian para pemikir, baik
dari kalangan umum maupun dari kalangan Islam, sehingga banyak di antara mereka
menghabiskan waktunya untuk melakukan penelitian-penelitian dalam bidang ini
dengan behavioral science, mereka melakukan analisis psikologis terhadap
tingkah laku manusia guna memperoleh kejelasan terhadap kerja cipta, rasa, dan
karsa, melauli beberapa aspek antara lain: cognitive dan emosi.
Dari
penelitian-penelitian tersebut didapat berbagai potensi yang terdapat pada
manusia sejak ia dilahirkan. Pada saat diciptakan, manusia telah dilengkapi
dengan empat fitrah (dorongan) yang menjadi potensi bagi pengembangan budaya,
dari keempat dorongan itu manusia mampu menciptakan budaya sebagai
pengejawantahan dari cipta, rasa, dan karsa. Dorongan-dorongan itu ialah:
1.
Dorongan Naluri (hidayah fitriyah).
Sejak
dilahirkan, manusia telah menampakkan gejala-gejala sebagai pertanda bahwa dia
adalah makhluk berbudaya, antara lain terlihat pada saat lapar ataupun haus, ia
mengeluarkan suara tangisan dan pada saat disusui ibunya, ia mampu menghisap
air susu ibu tersebut tanpa ada yang mengajarinya.
Gejala yang disebut juga dengan instinct Inilah yang mendasri penciptaan
budaya, meskipun dalam bentuk prima. Potensi naluri
yang terdapat pada diri manusia secara natural ini, dimiliki juga oleh
binatang dan tumbuh-tumbuhan.
2.
Dorongan Indrawi (hidayah hissiyah).
Di
samping naluri, manusi juga diberi kemampuan menerima rangsangan dari luar
seperti panas ataupun dingai, bunyi-bunyian, pemandangan yang indah, bau-bauan,
danmanis ataupun asin dengan perantaraan panca inderanya yaitu: alat peraba,
pendengar, pengelihat, pencium, dan perasa. Berbagai
budaya yang berupa bunyi-bunyian, bentuk-bentuk pemandangan, peralatan, dan
sebagainya adalah hasil tiruan manusia dari apa saja yang dapat ditangkap oleh
pancainderanya. Dengan potensi itu manusia dapat menjaga kelangsungan hidupnya,
melindungi dirinya dari bahaya yang mangancam, memenuhi kebutuhan minum, makan,
bertempat tinggal, dan memenuhi kepuasan-kepuasan untuk dirinya. Di samping pada manusia, potensi ini juga didapati
pada dunia binatang, tetapi tidak pada tumbuh-tumbuhan.
3.
Dorongan Akal hidayah 'aqliyah).
Gejala-gejala
lahir yang ditangkap oleh pancaindera kadang-kadang menyimpang dari realitas
yang sebenarnya, seperti halnya jalan karena api yang sebenarnya sejajar,
tetapi pada jarak tertentu terlihat bertemu di satu titik, dan tongkat yang
sebenarnya lurus, apabila dicelupkan ke dalam air tampak membengkok. Penyimpangan seperti itu tentu harus dikontrol dengan
kemampuan akal, agar gejala-gejala yang sebenarnya dapat diketahui. Dengan
potensi berfikir daya khayalnya, manusia mampu melakukan apreseasi (apperception),
dan menyalurkan apresiasinya itu melalui cipta, rasa, dan karsa. Dari
kemampuan akal ini, manusia mampu membuat alat untuk memudahkan keperluan-keperluannya,
dari yang sederhana sampai yang canggih, sehingga oleh orang Barat disebut
dengan the tool making animal (makhluk pembuat alat). Makin tinggi daya
kreasi manusia, makin canggih pula bentuk-bentuk budaya materialnya. Ia tidak hanya mampu menciptakan alat dengan meniru
benda-benda alam, tetapi juga mampu menciptakan konsep-konsep baru yang didapat
dengan daya pikirannya. Melalui indera
pendengarannya, manusia mampu menangkap getaran-getaran suara dari hembusan
angin, gesekan batang pohon, dan sumber suara lainnya yang terekam dalam
apresepsi material. Melalui daya ciptanya, manusia mampu melahirkan
gambaran-gambaran bunyi yang mengandung arti tertentu untuk berkomunikasi
dengan sesamanya atau dengan makhluk yang lai, sehingga oleh para filosof disebut
dengan zoon politicon atau dalam bahasa Arab disebut al-hayawan
al-Atiq (makhluk yang berbicara).
4.
Dorongan Religi (hidayah diniyah).
Karena
daya pemikiran manusia tidak dapat menjangkau apa yang terdapat di balik alam
maya pada, maka perlu disambung dengan bimbingan sang Pencipta alam semesta
yang diturunkan melalui para rasul-Nya. Dengan
bimbingan ini manusia dapat mengetahui apa yang semestinya dilakukan, sehingga
budaya yang diciptakan dapat berguna baik bagi dirinya, makhluk sesamanya,
ataupun makhluk-akhluk yang lain. Menurut sifatnya, manusia adalah makhluk
berberagama, atau disebut dengan istilah homo-relegiosi. Dengan berpedoman pada agama, manusia dapat
memperhalus budinya, sehingga ia bisa menjelaskan tugasnya sebagai Master of
the World/ khalifahtullah di muka bumi ini.
Berdasarkan
potensi yang ada pada manusia tersebut, pembentukan budaya dapat dibagi menjadi
empat fase:
1) Fase Instinctive.
Fase
di mana dorongan pembentukan budaya itu semata-mata timbul dari naluri.
2)
Fase Inderawi.
Fase
pembentukan budaya yang didorong oleh hasil penginderaan manusia pada alam
sekitar.
3)
fase Akal.
Fase
di mana manusia membentuk budayanya dengan jalan menggunakan kekuatan
pikirannya serta imajinasinya, sehingga mampu menciptakan budaya.
4)
Fase Religi.
Bimbingan
wahyu, intuisi atau bisikan yang dirasakan datangnya dari Maha Pencipta,
sehingga memberikan dorongan-dorongan bagi manusia untuk melengkapi hasil
budayanya dengan nilai-nilai keagamaan.
2.3 Proses dan Perkembangan
Kebudayaan
Perkembangan kebudayaan terhadap
kehidupan seseorang bersifat kompleks, dan memilki eksistensi
danberkesinambungan dan juga menjadi warisan sosial. Seseorang mampu
mempengaruhi kebudayaan dan memberikan peluang untuk terjadinya perubahan
kebudayaan.
Kebudayaan yang dimiliki suatu
kelompok tidak akan terhindar dari pengaruh pengaruh kebudayaan
kelompok-kelompok lain dengan adaya kontak-kontak antar kelompok atau melalui
proses difusi. Suatu kelompok sosial akan mengadopsi suatu kebudayaan tertentu
apabila kebudayaan tersebut berguna untuk mengatasi atau memenuhi tuntutan yang
dihadapinya.
Pengadopsian tersebut dipengaruhi
oleh faktor-faktor fisikal, seperti iklim, topografi sumber daya alam dan
sejenisnya. Perkembangan zaman juga mendorong terjadinya perubahan-perubahan
disegala bidang termasuk dalam kebudayaan. Mau tidak mau kebudayaan yang dianut
semua kelompok sosial akan bergeser baik itu secara lambat maupun cepat yang
akanm menimbulkan antara kelompok-kelompok yang menghendaki perubahan dan yang
tidak menghendaki perubahan.
Hal yang terpenting dalam proses
pengembangan suatu kebudayaan adalah dengan adanya kontrol atau kendali
terhadap prilaku reguler (yang tampak) yang
ditampilkan oleh para penganut kebudayaan. Karena tidak jarang perilaku yang
ditampilkan sangat bertolak belakang dengan perilaku yang dianut didalam
kelompok sosialnya. Yang diperlukan disini adalah kontrol sosial yang ada
dimasyarakat, yang menjadi suatu “cambuk” bagi komunitas yang menganut
kebudayaan tersebut. Sehingga mereka dapat memilah-milah, mana kebudayaan yang
sesuai dan mana yang tidak sesuai.
Dinamika
Kebudayaan Dalam Masyarakat
Proses internalisasi adalah proses panjang sejak seorang individu dilahirkan sampai ia hamper meniggal. Individu belajar menanmkan dalm kepribadiannya segala perasaan, hasrat, nafsu, dan emosi yang diperlukan sepanjang hidupnya, yang digunakan untuk mengembangkan kepribadian individu. Tetapi wujud dan pengaktifan dari berbagai macam stimulasi yang berbeda dalam sekitaran alam dan lingkungan sosial maupun budayanya.
Setiap hari dalam hidup berlalu, bertambahlah berbagai macam pengalaman mengenai bermacam-macam perasaan baru, dan belajarlah ia merasakan kegembiraan, kebahagiaan, simpati, cinta, benci, keamanan, harga diri, kebenaran, perasaan bersalah, dosa, malu, dan sebagianya. Selain perasan-perasaan tersebut, juga berbagai macam hasrat, seperti hasrat untuk mempertahankan hidup, bergaul, meniru, tahu, berbakti, keindahan, dipelajarinya melalui proses internalisasi ynag menjadikan bagian dari kepribadian individu.
2. Proses Sosialisasi
Peroses sosialisasi berkaitan dengan proses belajar kebudayaandalam hubungan dengan system sosial. Dalam proses itu seseorang individu dari masa anak-anak hingga masa tuanya belajar pola-pola tindakan dalam interaksi dengan segala macam individu yang ada disekelilingnya yangmenduduki beraneka macam peranan sosial yang ada dalam kehidupan sehari-hari.
Sebagai contoh dari pengalaman seorang bayi dalam suatu keluarga golongn pegawai tinggi dikota. Dari permulaan hidupnya bayi sudah harus menghadapi beberapa individu dalam lingkungan masyarakat kecil adalah ibu dan ayahnya. Dalam kontak dengan orang tersebut ia akan mengalami tingkah laku mereka yang berdasarkan perhatian dan cinta. Kemudian juga ia akan belajar kebiasaan yang pertama yaitu makan dan minum disaat yang tepat. Hubungan dengan lingkungan sosialnya menjadi lebih intensif ia mengembangkan bahasanya sehingga ia dapat menguraikan maksudnya dan dapat lebih mudah individu lain menerima maksudnya.
Proses sosialisai dalam golongn sosial lainnya dalam lingkungan sosial dari berbagai suku bangsa didunia dapat menunjukkan proses sosialisasi yang berbeda, karena proses sosialisasi ditentukan oleh susunan kebudayaan dan lingkung sosial yang bersangkutan.
3. Proses Enkulturasi
Enkulturasi adalah pembudayaan, proses enkulturasi adalah proses seorang individu mempelajari dan menyesuaikan alam pikiran serta sikapnya dengan adat, system norma, dan peraturan yang hidup dalam kebudayaannya.
Proses enkulturasi sudah dimulai sejak kecil dalam alam pikiran warga suatu masyrakat , berawal dari orang dalam lingkungan keluarga, kemudian teman bermain. Seringkali meniru berbagai macam tindakan meniru itu dan diinternalisasi dalam kepribadiannya. Dengan berkali-kali meniru maka tindakannya menjadi suatu pola yang mantap, dan norma yang mengatur tindakannya dibudayakan.
Dalam suatu masyarakat ada pula individu yang mengalami berbagi hambatan dalam proses internalisasi, sosialisasi, dan enkulturasi, yang menyebabkan bahwa hasilnya kurang baik. Individu itu tidak dapat menyesuaikan kepribadiannya dengan lingkungan sekitarnya, sehingga condong menghindari norma-norma dan aturan-aturan masyarakat yang berlaku dilingkunagnnya. Yang menjadikan hidupnya penuh konflik dengan otang lain.
4. Proses Evolusi Sosial
a. proses microscopic dan macroscopic dalam evolusi sosial
Proses evolusi dari suatu masyarakat dan kebudayaan dapat dianalisis dari dekat secara detail (microscopic), atau dapat juga dipandang seolah-olah dari jauh dengan hanya memperhatikan perubahan-perubahan yang tampak besar (macroscopic). Proses analisis yang dilakukan secra detail dapat mengerti berbagai macam proses perubahan yang terjadi dalam dinamika kehidupan masyarakat. Proses perubahan ini berlangsung lama sehingga menyebabkan perubahan yang besar.
b. proses berulang dalam evolusi sosial
adat istiadat yang lazim berlaku dalam masyarakat ynag menjadi objek penelitian ilmu antropologi muncul terhadap factor individu dalam masyarakat. Sikap, perasaan, dan tingkah laku khusus individu dalam masyarakat yang mungkin bertentangan dengan adat istiadat yang lazim, diabaikan saja atau tidak mendapat perhatian secara layak. Dengan demikian, kalau seorang ahli antropologi misalnya harus menulis tentang adat istiadat perkawinan orang bali, ia hanya akan mengumpulkan keterangan tentang hal yang lazim dilakukan dalam perkawinan orang bali. Upacara, aktivitas, dan tindakan yang menyimpang dari adat bali pada umumnya terjadi karena berbagai situasi, biasanya diabaikan atau kutang diperhatikan. Tindakan masyarakat yang menyimpang dari adat istiadat umum seperti yang terurai sebelumnya, pada suatu ketika dapat banyak terjadi dan dapat sering berulang (recurrent) dalam kehidupan sehari-hari. Tidak ada suatu masyarakat yang semua warganya taat pada aturan adat untuk selamanya, dapat kita mengerti bahwa keadaan yang menyimpang merupakan pangkal dari proses perubahan kebudayaan masyarakat pada umumnya.
Sudah tentu masyarakat tidak akan membiarkan penyimpangan yang terjadi dalam masyarakat, dan itulah sebabnya dalam tipa masyarakat ada alat pengendali masyarakat. Yang bertuajuan untuk tetap mempertahankan adat istiadat.
c. proses mengarah dalam evolusi sosial
kalau evolusi masyarakat dan kebudayaan kita pandang dari suatu jarak yang jauh, dengan mengambil interval waktu yang panjang, maka akan tampak perubahan besar yang seolah bersifat menentukan arah dari sejarah perkembangan masyarakat dan kebudayaan.
5. Difusi
Bersamaan dengan penyebaran dan migrasi kelompok-kelompok manusia dibumi, turut pula tersebar unsur-unsur kebudayaan dan sejarah dari proses penyebaran unsur kebudayaan keseluruh penjuru dunia yang disebut difusi. Salah satu bentuk difusi adalah penyebaran unsur kebudayaan dari satu tempat ketempat yang lainoleh kelompok manusia yang bermigrasi.
Penyebaran unsur kebudayaan juaga dapat terjadi tanpa ada perpindahan kelompok manusia atau bangasa dari satu temapt ke temapt lain, tetapi karena individu tertentu yang membawa unsur kebudayaan itu hingga jauh.
Bentuk difusi yang lain adalah penyebaran unsur kebudayaan yang berdasarkan pertemuan antara individu dalam suatu kelompok denagn individu kelompok lain. Pertemuan antara kelompok semacam itu dapat berlansung dengan berbagi cara. Seperti hubungan symbolistic, penetration, peperangan.
6. Akulturasi
Istilah akulturasi, atau acculturation, atau culture contac, mempunyai berbagai arti dianatara para antropologi, tetapi semua sepaham bahwa konsep itu mengenai proses sosial yang timbul bila suatu kelompok manusia denagn suatu kebudayaan asing yang sedemiakian rupa, sehungga unsur-unsur kebudayaan asing itu lambat laun diterima dan diolah kedalam kebudayaan sendiri tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian kebudayaan itu sendiri.
Proses akulturasi sudah ada sejak dahulu dalam sejarah kebudayaan manusia, tetapi proses akulturasi yang mempunyai sifat khusus, baru timbul ketika kebudayaan-kebudayaan bangsa di eropa barat mulai menyebar keseluruh daerah lain dimuka bumi, dan mulai mempengaruhi masyarakat suku bangsa lain pada permulaan abad ke-15.
Dalam masa itu dapat diketahui cara dan dalam keadaan apa kebudayaan dapat dimasuki pengaruh kebudayaan lain, unsur-unsur yang diambil atau diolah oleh kebudayaan suku bangsa masyarakat tadi, melalui saluran apa dan pada lapisan apa dalam masyarakat suku bangsa tadi, unsur-unsur kebudayaan yang masuk, reaksi sikap dan perasaan para individu dalam masyarakat suku bangsa tadi terhadap unsur-unsur kebudayaan tersebut.
Perhatian terhadap saluran yang dilalui oleh unsur-unsur kebudayaan asing untuk masuk kedalam kebudayaan penerima, akan memberi suatu gambaran yang konkret tentang jalannya suatu proses akulturasi.Salah astu wujud penolakan terhadap pengaruh unsur-unsur kebudayaan asing dan pergeseran sosial-budaya yang merupakan akibat dari peristiwa itu terjadi dalam banyak masyarakat didunia.
7. Asimilasi
Asimilasi (assimilation) adalah proses sosial yang timbul bila ada: a. golongan manusia dengn latar belakang kebudayaan yang berbeda, b. saling bergaul langsung secara intensif untuk waktu yang lama, c. kebudayaan-kebudayaan golongan-golongan tadi masing-masing berubah sifatnya yang khas, dan juga unsur masing-masing berubah wujudnya menjadi unsur kebudayaan campuran. Biasanya, golongan yang tersangkut dalamproses asimilasi adalah suatu golongna mayoritas dan minoritas. Dalam hal ini golongan minoritas merubah sifat khas dari unsur kebudayaan dan menyesuaikannya dengan kebudayaan dari golongan mayoritas. Sedemikian rupa sehingga lambat laun kehilanagn kepribadian kebudayaannya dan masuk kedalam kebudayaan mayoritas.
Adapun factor-factor yang menghambat proses asimilasi pada umumnya adalah: a. kurangnya pengetahuan mengenai kebudayaan yang dihadapi, b. sifat takut terhadap kekuatan dan kebudayaan lain, c. perasaan superioritas pada individu-individu dari satu kebudayaan terhadap yang lain.
8. Inovasi
Inovasi adalah proses pemabaruhan dan penggunaan sumber-sumber alam, energy, dan modal, pengaturan baru dari tenaga kerja dan penggunaan teknologi baru yang semua akan menyebabkan adanya system peroduksi menghasilkan produk-produk baru.. Dengan demikian inovasi itu mengenai pembaruan kebudayaan yang khusus mengenai unsur teknologi dan ekonomi.
Proses inovasi sudah tentu sangat erat kaitannya dengan penemuan baru dalam teknologi. Suatu penemuan biasanya merupakan suatu proses sosial yang panjang yang melalui dua tahap khusus, yaitu discovery dan invention.
Suatu discovery adalah suatu penemuan dari suatu unsur kebudayaan yang baru, baik berupa suatu alat baru, ide baru, yang diciptakan oleh seorang individu atau kelompok masyarakat yang bersangkutan. Discovery baru menjadi invention bila masyarakat sudah mengakui , menerima, dan menerapkan penemuan baru itu.
Factor yang menjadi pendorong individu dalam suatu masyarakat untuk memulai dan mengembangkan penemuan-penemuan baru adalah: a. kesadaran pada tiap individu akan kekurangan dalam kebudayaannya, b. mutu dari keahlian dalam suatu kebudayaan, c. system perangsang bagi aktivitas mencipta dalam masyarakat.
Dalam
kamus Besar Indonesia dinamika merupakan bagian dari ilmu yang membicarakan
seluk beluk benda yang bergerak dan tenaga yang menggerakkan.
Masyarakat
merupakan istilah yang diambil dari bahasa Arab “ Syaraka” yang berarti ikut
serta, berpartisipasi. Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang saling bergaul
atau berinteraksi.
Masyarakat
adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem adat
tertentu yang bersifat continu dan yang terikat oleh suatu rasa identitas
bersama.
Untuk
menganalisa tentang gejala-gejala dan kejadian sosial budaya di masyarakat
sebagai proses-proses yang sedang berjalan atau bergeser diperlukan beberapa
konsep. Konsep-konsep tersebut diperlukan untuk menganalisa proses pergeseran
masyarakat dan kebudayaan dalam penelitian antropologi dan sosiologi disebut
dinamik sosial (social dynamic).
Menurut
Koentjaraningrat (1996: 142) semua konsep yang kita perlukan untuk menganalisa
proses-proses pergeseran masyarakat dan kebudayaan disebut dinamika sosial.
Konsep-konsep tersebut antara lain:
- Proses belajar kebudayaan
sendiri yang terdiri dari internalisasi, sosialisasi, dan enkulturasi.
- Evolusi kebudayaan dan difusi.
- Proses pengenalan unsur-unsur kebudayaan
asing meliputi akulturasi dan asimilasi.
- proses pembaruan atau inovasi
atau penemuan baru.
Wujud Dari Kebudayaan
Wujud
Kebudayaan Menurut Koentjaraningrat
Menurut koentjaraningrat kebudayaan itu dibagi menjadi dalam 3 wujud, yaitu :
Menurut koentjaraningrat kebudayaan itu dibagi menjadi dalam 3 wujud, yaitu :
a.
Wujud kebudayaan sebagai kompleks dari
ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma dan sebagainya.
b.
Wujud kebudayaan sebagai aktifitas serta
tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat.
c.
Wujud kebudayaan sebagai benda-benda
hasil karya manusia.
Wujud
pertama adalah wujud ideal kebudayaan. Sifatnya abstrak, tak dapat diraba dan
tak dapat difoto. Letaknya di alam pikiran manusia. Sekarang kebudayaan ideal
ini banyak tersimpan di arsip kartu komputer, pita komputer dan sebagainya.
Wujud
kedua adalah yang disebut sistem sosial atau social system , yaitu mengenai
tindakan berpola manusia itu sendiri.
Wujud
ketiga adalah yang disebut kebudayaan fisik, yaitu seluruh hasil fisik karya
karya manusia dalam masyarakat. Sifatnya sangat kongkrit berupa benda-benda
yang bisa diraba, difoto dan dilihat.
Wujud kebudayaan Menurut J.J Heonigman, dibedakan menjadi tiga, gagasan,
aktivitas, dan artifak.
- Gagasan ( Wujud ideal) adalah
kebudayaan yang berbentuk kumpulan ide-ide, gagasan, nilai-nilai norma,
peraturan, dan sebagainya yang bersifat abstrak (tidak dapat diraba dan
disentuh). Wujud kebudayaan ini terletak dalam kepala atau di alam
pemikiran warga masyarakat. Jika masyarakat tersebut menyatakan gagasan
mereka dalam bentuk tulisan, maka lokasi dari kebudayaan ideal itu berada dalam
karangan dan buku karya penulis masyarakat tersebut.
- Aktivitas (tindakan) adalah
wujud kebudayaan sebagai suatu tindakan berpola dari manusia dalam
masyarakat itu. Wujud ini sering disebut sistem sosial ( aktivitasnya
saling berinteraksi, bergaul dengan manusia lain menurut pola dan adat
tata kelakuan). Sifatnya konkret, terjadi dalam kehidupan sehari-hari, dan
dapat diamati dan didokumentasikan.
- Artefak (karya)adalah wujud
kebudayaan fisik yang berupa hasil dari aktivitas, perbuatan, dan karya
manusia dalam masyarakat berupa benda-benda atau hal-hal yang dapat
diraba, dilihat, dan didokumentasikan. Sifatnya paling konkret diantara
ketiga wujud kebudayaan.
Dalam
kehidupan bermasyarakat, antara wujud kebudayaan yang satu dengan yang lainnya
tidak dapat dipisahkan. Sebagai contoh: wujud kebudayaan ideal mengatur ddan
memberi arah kepada tindakan (aktivitas) dan karya (artifak) manusia.
Unsur Dari Kebudayaan
1. Sistem Bahasa
Bahasa merupakan sarana bagi manusia untuk memenuhi kebutuhan sosialnya untuk berinteraksi atau berhubungan dengan sesamanya. Dalam ilmu antropologi, studi mengenai bahasa disebut dengan istilah antropologi linguistik. Menurut Keesing, kemampuan manusia dalam membangun tradisi budaya, menciptakan pemahaman tentang fenomena sosial yang diungkapkan secara simbolik, dan mewariskannya kepada generasi penerusnya sangat bergantung pada bahasa. Dengan demikian, bahasa menduduki porsi yang penting dalam analisa kebudayaan manusia.
Bahasa merupakan sarana bagi manusia untuk memenuhi kebutuhan sosialnya untuk berinteraksi atau berhubungan dengan sesamanya. Dalam ilmu antropologi, studi mengenai bahasa disebut dengan istilah antropologi linguistik. Menurut Keesing, kemampuan manusia dalam membangun tradisi budaya, menciptakan pemahaman tentang fenomena sosial yang diungkapkan secara simbolik, dan mewariskannya kepada generasi penerusnya sangat bergantung pada bahasa. Dengan demikian, bahasa menduduki porsi yang penting dalam analisa kebudayaan manusia.
2. Sistem Pengetahuan
Sistem pengetahuan dalam kultural universal berkaitan dengan sistem peralatan hidup dan teknologi karena sistem pengetahuan bersifat abstrak dan berwujud di dalam ide manusia. Sistem pengetahuan sangat luas batasannya karena mencakup pengetahuan manusia tentang berbagai unsur yang digunakan dalam kehidupannya
Sistem pengetahuan dalam kultural universal berkaitan dengan sistem peralatan hidup dan teknologi karena sistem pengetahuan bersifat abstrak dan berwujud di dalam ide manusia. Sistem pengetahuan sangat luas batasannya karena mencakup pengetahuan manusia tentang berbagai unsur yang digunakan dalam kehidupannya
3. Sistem Kekerabatan dan Organisasi Sosial
Unsur budaya berupa sistem kekerabatan dan organisasi social merupakan usaha antropologi untuk memahami bagaimana manusia membentuk masyarakat melalui berbagai kelompok sosial. Menurut Koentjaraningrat tiap kelompok masyarakat kehidupannya diatur oleh adat istiadat dan aturan-aturan mengenai berbagai macam kesatuan di dalam lingkungan di mana dia hidup dan bergaul dari hari ke hari. Kesatuan sosial yang paling dekat dan dasar adalah kerabatnya, yaitu keluarga inti yang dekat dan kerabat yang lain. Selanjutnya, manusia akan digolongkan ke dalam tingkatantingkatan lokalitas geografis untuk membentuk organisasi social dalam kehidupannya.
Unsur budaya berupa sistem kekerabatan dan organisasi social merupakan usaha antropologi untuk memahami bagaimana manusia membentuk masyarakat melalui berbagai kelompok sosial. Menurut Koentjaraningrat tiap kelompok masyarakat kehidupannya diatur oleh adat istiadat dan aturan-aturan mengenai berbagai macam kesatuan di dalam lingkungan di mana dia hidup dan bergaul dari hari ke hari. Kesatuan sosial yang paling dekat dan dasar adalah kerabatnya, yaitu keluarga inti yang dekat dan kerabat yang lain. Selanjutnya, manusia akan digolongkan ke dalam tingkatantingkatan lokalitas geografis untuk membentuk organisasi social dalam kehidupannya.
4. Sistem Peralatan Hidup dan Teknologi
Manusia selalu berusaha untuk mempertahankan hidupnya sehingga mereka akan selalu membuat peralatan atau benda-benda tersebut. Perhatian awal para antropolog dalam memahami kebudayaan manusia berdasarkan unsur teknologi yang dipakai suatu masyarakat berupa benda-benda yang dijadikan sebagai peralatan hidup dengan bentuk dan teknologi yang masih sederhana. Dengan demikian, bahasan tentang unsur kebudayaan yang termasuk dalam peralatan hidup dan teknologi merupakan bahasan kebudayaan fisik.
5. Sistem Ekonomi/Mata Pencaharian Hidup
Mata pencaharian atau aktivitas ekonomi suatu masyarakat menjadi fokus kajian penting etnografi. Penelitian etnografi mengenai sistem mata pencaharian mengkaji bagaimana cara mata pencaharian suatu kelompok masyarakat atau sistem perekonomian mereka untuk mencukupi kebutuhan hidupnya. Sistem ekonomi pada masyarakat tradisional, antara lain:
Manusia selalu berusaha untuk mempertahankan hidupnya sehingga mereka akan selalu membuat peralatan atau benda-benda tersebut. Perhatian awal para antropolog dalam memahami kebudayaan manusia berdasarkan unsur teknologi yang dipakai suatu masyarakat berupa benda-benda yang dijadikan sebagai peralatan hidup dengan bentuk dan teknologi yang masih sederhana. Dengan demikian, bahasan tentang unsur kebudayaan yang termasuk dalam peralatan hidup dan teknologi merupakan bahasan kebudayaan fisik.
5. Sistem Ekonomi/Mata Pencaharian Hidup
Mata pencaharian atau aktivitas ekonomi suatu masyarakat menjadi fokus kajian penting etnografi. Penelitian etnografi mengenai sistem mata pencaharian mengkaji bagaimana cara mata pencaharian suatu kelompok masyarakat atau sistem perekonomian mereka untuk mencukupi kebutuhan hidupnya. Sistem ekonomi pada masyarakat tradisional, antara lain:
a. berburu dan meramu;
b. beternak;
c. bercocok tanam di ladang;
d. menangkap ikan;
e. bercocok tanam menetap dengan sistem irigasi.
6. Sistem Religi
7. Kesenian
Perhatian ahli antropologi mengenai seni bermula dari penelitian etnografi mengenai aktivitas kesenian suatu masyarakat tradisional. Deskripsi yang dikumpulkan dalam penelitian tersebut berisi mengenai benda-benda atau artefak yang memuat unsur seni, seperti patung, ukiran, dan hiasan. Penulisan etnografi awal tentang unsur seni pada kebudayaan manusia lebih mengarah pada teknikteknik dan proses pembuatan benda seni tersebut. Selain itu, deskripsi etnografi awal tersebut juga meneliti perkembangan seni musik, seni tari, dan seni drama dalam suatu masyarakat.
Para
antropolog mengklasifikasikan unsur-unsur kebudayaan ke dalam dua unsur, yakni
unsur besar dan unsur kecil kebudayaan.
Unsur-Unsur
Besar Kebudayaan
Ada
beberapa pendapat para ahli yang mengemukakah mengenai unsur besar kebudayaan
antara lain:
- Malville J. Herskovits menyebutkan kebudayaan
memiliki 4 unsur pokok, yaitu:
- Alat-alat teknologi
- Sistem ekonomi
- Keluarga
- Kekuasaan polotik
- Bronislaw Malinnowski mengatakan ada 4 unsur pokok, yaitu:
- Sistem norma sosial yang
memungkinkan kerja sama antar para anggota masyarakat untuk menyesuaikan
diri dengan alam sekelilingnya.
- Organisasi ekonomi.
- Alat-alat atau lembaga-lembaga
atau petugas-petugas untuk pendidikan ( keluarga adalah lembaga pendidikan
utama).
- Organisasi kekuatan politik.
Para
antropolog belum mempunyai kesamaan pandangan yang dapat diterima. C Kluckhohn
(1953) menguraikan ulasan dari para sarjana mengenai unsur-unsur kebudayaan.
Adapun inti dari pendapat para sarjana merujuk pada 7 unsur kebudayaan yang
dianggap sebagai cultural universals, yaitu:
- Peralatan dan perlengkapan
hidup manusia (pakaian, perumahan, alat-alat rumah tangga, senjata,
alat-alat produksi,transportasi, dan sebagainya)
- Mata pencaharian hidup dan
sistem ekonomi ( pertanian, peternakan, sistem produksi, sistem
distribusi, dan sebagainya).
- Sistem kemasyarakatan ( sistem
kekerabatan, organisasi politik, sistem hukum, sistem perkawinan)
- Bahasa (lisan maupun tertulis).
- Kesenian (seni rupa, seni
suara, seni gerak dan sebagainya).
- Sistem pengetahuan.
- Religi.
- Unsur-Unsur Kecil Kebudayaan
Unsur-unsur
kecil kebudayaan merupakan penjabaran dari unsur-unsur besar kebudayaan. Ralph
Linton menjabarkan unsur-unsur kecil kebudayaan yang dinamakan dengan
kegiatan-kegiatan kebudayaan atau cultural activity, yaitu:
- Alam pikiran
- Religi.
- Bahasa.
- Hubungan sosial.
- Perekonomian.
- Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
(IPTEK).
- Kesenian.
- Politik dan Pemerintahan.
- Pendidikan.
Selain
unsur besar dan unsur kecil kebudayaan ada juga unsur normatif dalam kebudayaan,
artinya kebudayaan adalah suatu garis-garis pokok tentang perilaku yang
menetapkan peraturan-peraturan mengenai apa yang harus dilakukan, apa yang
seharusnya dilakukan, apa yang dilarang dan lain sebagainya. Unsur-unsur
normatif dari kebudayaan adalah:
- Unsur-unsur yang menyangkut
penilaian, misal baik dan buruk.
- Unsur-unsur yang berhubungan
dengan apa yang seharusnya, misal bagaimana orang harus berperilaku
- Unsur-unsur yang menyangkut
kepercayaan, misal upacara adat kelahiran. Soekamto (1990:1998) membatasi
kaidah dalam empat hal, yaitu:
- Kaidah-kaidah yang dipergunakan
secara luas dalam suatu kelompok manusia tertentu.
- Kekuasaan yang memperlakukan
kaidah-kaidah tersebut.
- Unsur-unsur formal kaidah
tersebut.
- Hubungannya dengan ketentuan-ketentuan
hidup lainnya.
Unsur Kebudayaan Universal
tujuh unsur kebudayaan
Universal menurut koentjaraningrat
Kebudayaan umat manusia mempunyai unsur-unsur yang bersifat universal. Unsur-unsur kebudayaan tersebut dianggap universal karena dapat ditemukan pada semua kebudayaan bangsa-bangsa di dunia.
Kebudayaan umat manusia mempunyai unsur-unsur yang bersifat universal. Unsur-unsur kebudayaan tersebut dianggap universal karena dapat ditemukan pada semua kebudayaan bangsa-bangsa di dunia.
Menurut
Koentjaraningrat ada tujuh unsur kebudayaan universal, yaitu:
a. Sistem religi
yang meliputi:
o
sistem
kepercayaan
o
sistem
nilai dan pandangan hidup
o
komunikasi
keagamaan
o
upacara
keagamaan
b. Sistem kemasyarakatan
atau organisasi sosial yang meliputi:
o
kekerabatan
o
asosiasi
dan perkumpulan
o
sistem
kenegaraan
o
sistem
kesatuan hidup
o
perkumpulan
c. Sistem
pengetahuan meliputi pengetahuan tentang:
o
flora
dan fauna
o
waktu,
ruang dan bilangan
o
tubuh
manusia dan perilaku antar sesama manusia
d. Bahasa yaitu
alat untuk berkomunikasi berbentuk:
o
lisan
o
tulisan
e. Kesenian yang
meliputi:
o
seni
patung/pahat
o
relief
o
lukis
dan gambar
o
rias
o
vokal
o
musik
o
bangunan
o
kesusastraan
o
drama
f.
Sistem
mata pencaharian hidup atau sistem ekonomi yang meliputi:
o
berburu
dan mengumpulkan makanan
o
bercocok
tanam
o
peternakan
o
perikanan
o
perdagangan
g. Sistem peralatan
hidup atau teknologi yang meliputi:
o
produksi,
distribusi, transportasi
o
peralatan
komunikasi
o
peralatan
konsumsi dalam bentuk wadah
o
pakaian
dan perhiasan
o
tempat
berlindung dan perumahan
o
senjata
Hubungan Manusia, Masyarakat
dan Kebudayaan
a.
Hubungan manusia dengan masyarakat.
Manusia
hidupnya selalu di dalam masyarakat. Hal ini bukan hanya sekedar ketentuan
semata-mata, melainkan mempunyai arti yang lebih dalam, yaitu bahwa hidup
bermasyarakat itu adalah rukun bagi manusia agar benar-benar dapat
mengembangkan budayanya dan mencapai kebudayaannya. Tanpa masyarakat hidup
manusia tidak dapat menunjukkan sifat-sifat kemanusiaan.
b.
Hubungan manusia dengan kebudayaan.
Dipandang dari sudut
antropologi, manusia dapat ditinjau dari 2 segi, yaitu:
1.
Manusia sebagai makhluk biologi.
2.
Manusia sebagai makhluk sosio-budaya.
Sebagai
makhluk biologi, manusia dipelajari dalam ilmu biologi atau anatomi. Dan
sebagai makhluk sosio-budaya, manusia dipelajari dalam antropologi budaya.
Antropologi budaya menyelidiki seluruh cara hidup manusia, bagaimana manusia
dengan akal budinya dan struktur fisiknya dapat mengubah lingkungan berdasarkan
pengalamannya. Juga memahami, menuliskan kebudayaan yang terdapat dalam
masyarakat manusia.
c.
Hubungan masyarakat dengan kebudayaan.
Masyarakat
adalah kumpulan manusia yang hidup dalam satu daerah tertentu, yang telah cukup
lama, dan mempunyai aturan-aturan yang mengatur mereka, untuk menuju pada
tujuan yang sama.
Dalam
masyarakat tersebut manusia selalu memperoleh kecakapan, pengetahuan baru,
sehingga penimbunan itu dalam keadaan yang sehat dan selalu bertambah isinya.
Memang kebudayaan itu bersifat comulatif, bertimbun. Dapat diibaratkan : manusia
adalah sumber kebudayaan dan masyarakat adalah danau besar, dimana air dari
sumber-sumber itu mengalir dan tertando.
d.
Hubungan manusia, masyarakat dan
kebudayaan.
Manusia,
masyarakat dan kebudayaan merupan satu kesatuan yang tidak dapat lagi
dipisahkan dalam artinya yang utuh. Karena ketiga unsur inilah kehidupan
makhluk sosial berlangsung.
Masyarakat
tidak dapat dipisahkan daripada manusia, karena manusia saja yang hidup
bermasyarakat yaitu hidup bersama-sama dengan manusia lain dan saling memandang
sebagai penanggung kewajiban dan hak. Sebaliknya manusia pun tidak dapat
dipisahkan dari masyarakat. Seorang manusia yang tidak pernah mengalami hidup
bermasyarakat, tidak dapat menunaikan bakat-bakat manusianya yaitu mencapai
kebudayaan. Dengan kata lain di mana orang hidup bermasyarakat, pasti akan
timbul kebudayaan.
(Menurut
Koentjaraningrat.2003),
perubahan
kebudayaan dipengaruhi oleh proses evolusi kebudayaan, proses belajar
kebudayaan dalam suatu masyarakat, dan adanya proses penyebaran kebudayaan yang
melibatkan adanya proses interaksi atau hubungan antarbudaya.
Berbagai inovasi menurut Koentjaraningrat menyebabkan masyarakat menyadari bahwa kebudayaan mereka sendiri selalu memiliki kekurangan sehingga untuk menutupi kebutuhannya manusia selalu mengadakan inovasi. Sebagian besar inovasi yang terdapat dalam kehidupan masyarakat adalah hasil dari pengaruh atau masuknya unsur-unsur kebudayaan asing dalam kebudayaan suatu masyarakat sehingga tidak bisa disangkal bahwa hubungan antarbudaya memainkan peranan yang cukup penting bagi keragaman budaya di Indonesia.
Kontak kebudayaan antara berbagai kelompok masyarakat yang berbeda-beda menimbulkan keadaan saling memengaruhi satu sama lain. Terkadang tanpa disadari ada pengambilan unsur budaya dari luar. Oleh karena itu, salah satu faktor pendorong keragaman budaya di Indonesia adalah karena kontak dengan kebudayaan asing. Koentjaraningrat menyatakan bahwa penjajahan atau kolonialisme merupakan salah satu bentuk hubungan antarkebudayaan yang memberikan pengaruh kepada perkembangan budaya lokal. Proses saling memengaruhi budaya tersebut terjadi melalui proses akulturasi dan asimilasi kebudayaan.
Problematika Kebudayaan
1. Hambatan budaya yang berkaitan
dengan pandangan hidup dan siatem kepercayaan.
Misalnya, keterkaitan orang jawa terhadap tanah yang
mereka tempati secara turun temurundiyakini sebagai pembari berkah kehidupan.
Mereka enggan meninggalkan kampung halamannya atau beralih pola hidup sebagai
petani. Padahal hidup mereka umumnya miskin.
2. Hambatan budaya
yang berkaitan dengan perbedaan persepsi atau sudut pandang, hambatan ini dapat
terjadi antara masyarakat dan pelaksana pembangunan. Contohnya program Keluarga
Berencana atau KB semula di tolak masyarakat, mereka beranggapan bahwa banyak
anak banyak rezeki.
3. Hambatan budaya berkaitan dengan faktor psikologi atau
kejiwaan.Upaya untuk menstransmigrasikan penduduk dari daerah yang terkena
bencana alam banyak mengalami kesulitan. Hal ini disebabkan karena adanya
kekhawatiran penduduk bahwa di tempat yang baru hidup mereka akan lebih
sengsara dibandingkan dengan hidup mereka di tempat yang lama.
4. Masyarakat yang terasing dan kurang komunikasi dengan
masyarakat luar. Masyarakat daerah-daerah terpencil yang kurang komunikasi
dengan masyarakat luas, karena pengetahuannya serba terbatas, seolah-olah
tertutup untuk menerima program-program pembangunan.
5. Sikap tradisionalisme yang berprasangka buruk terhadap
hal-hal baru. Sikap ini sangat mengagung-agungkan budaya tradisional sedemikian
rupa, yang menganggap hal-hal baru itu akan merusak tatanan hidup mereka yang
sudah mereka miliki secara turun temurun.
6. Sikap Etnosentrisme Sikap etnosentrisme adalah sikap yang
mengagungkan budaya suku bangsanya sendiri dan menganggap rendah budaya suku
lain. Sikap semacam ini akan mudah memicu timbulnya kasus-kasus sara, yakni
pertentangan suku, agama, ras, dan antar golongan.
7. Perkembangan IPTEK sebagai hasil kebudayaan, sering kali
disalah gunakan oleh manusia, sebagi contoh nuklir dan bom dibuat justru untuk
menghancurkan manusia bukan untuk melestarikan suatu generasi, obat-obatan
diciptakan untuk kesehatan tetapi dalam penggunaannya banyak disalahgunakan
yang justru mengganggu kesehatan manusia.
8. Cultural Shock atau gagap budaya, apabila manusia tidak
bias menyesuaikan atau beradaptasi dengan budaya lain, sehingga menimbulkan keraguan dan kecanggungan.
New Casino is Getting the New York City's New Casino - Dr.
BalasHapusNew Casino is Getting the New York 목포 출장안마 City's 김제 출장샵 New Casino. If the casino is a good option, you'll 익산 출장샵 get 김천 출장마사지 a $20 bonus for 진주 출장샵 every $50 spent on a game.